Cinta Fans Sepak Bola

Plak !!! Kamu kalo bener bener sayang sama aku, kamu ngga usah minta aku untuk jadi orang lain, kamu harus terima aku apa adanya mas!

Kata itu keluar dari bibir mungil perempuan cantik yang berada di samping kananku , sembari berdiri meninggalkan teman makan malamnya yang masih terdiam dan tak tahu harus bagaimana atau berbuat apa, kata itu sekaligus menjadi menu penutup makan malam mereka.Melihat kejadian itu, cangkir putih yang bertuliskan elf’s cafe yang berisi green tea latte batal ku hirup dan kembali ku letakkan di atas meja, mataku yang tengah menikmati tontonan bola favoritku pun dengan sendirinya mengalihkan pandangannya ke arah yang lain seakan ingin benar benar menyaksikan dengan seksama kejadian tersebut.

Kembali kulanjutkan ritual akhir mingguku menonton klub sepak bola dukunganku, klub yang telah ku kenal sejak kecil yang entah karena apa aku menyukai klub itu, pasti bukan karena sejarahnya dan trohpy yang berjibun di masa lampau karena saat pertama kali aku “jatuh cinta” terhadapa klub tersebut aku masih sangat kecil, terlalu kecil untuk mengetahui masa lalu dan sejarah klub pujaanku ini.

Beberapa tahun kemudian setelah “cinta monyetku” terhadap klub ini, aku mendengarnya memenangi piala antar klub eropa ( liga champion ) semakin penasaranlah aku dengan klub ini, dan setelah kuketahui drama yang tersuguh di final, aku seakan akan mendapatkan alasan mengapa harus memuja klub ini, drama istanbul aku menyebutnya, Senang bukan kepalang aku dibuatnya bak orang sedang dimabuk cinta.

Begitulah kiranya orang yang mencinta ,ia akan merasa bahagia saat melihat pujaan hatinya merasakan kebahagiaan meski tak memperoleh dampak dari kebahagiaan tersebut rasa bahagia akan membuncah pada hati pencinta jika mendengar kabar baik akan pujaannya, tapi ini adalah fase dan level termudah untuk membuktikan cinta, terlalu dini untuk menilai bahwa itu cinta, bahkan orang yang tak mencintai bisa saja ikut merasakan bahagia saat melihat seseorang mendapatkan nikmat atau kebahagiaan, lumrah terjadi pada diri manusia. Dan sebaliknya yang tidak ikut bahagia atas kebahagiaan yang didapat oleh sesama hendaklah ia bertanya sakit apa yang diderita oleh hatinya?

Pasca drama istanbul tersebut aku menyaksikan ( meski baru bisa lewat layar kaca) tim pujaanku berlaga kembali di final kejuaaraan yang sama dan juga bertemu kesebelasan yang sama , berharap cerita lama akan terulang namun di akhir laga kekalahan harus ditelan. Saat itu masih 2007 hingga tulisan ini tertulis, tim pujaanku belum juga mempersembahkan trophy apapun bagi pemujanya, kecuali 1 gelar piala tak bergengsi itupun melawan tim kecil di final.

Masa penantian bertahun tahun bukanlah hal yang mudah, apa lagi berbicara soal rasa, tak hanya itu, melihat sang pujaan hati dalam keadaan yang tidak kita harapkan tentu bukanlah perkara gampang untuk masih menaruh rasa dan tetap setia menanti.

Setelah fase pertama seorang yang mencinta akan dibawa kepada fase selanjutnya, di mana ia harus membuktikan sebesar apa rasa cinta dan setianya, benarkah ia menerima sang pujaan hati tanpa syarat, tanpa sesuatu apapun yang diminta?? Sehingga cintanya akan tetap abadi meski tak ada jawab “bertepuk sebelah tangan” atau bahkan ia akan tetap mencinta meski yang dicinta tak juga mengenalnya.

Berpaling dan mencari klub lain untuk didukung???

Jangan pernah tanyakan itu pada pecinta bola, karena jawabnya adalah “ Tidak akan pernah”.

Cara mencinta fans bola adalah bentuk cinta terbesar yang saya tahu sampai saat ini, tanpa syarat dan tanpa permintaan, dan tanpa ada keinginan untuk meninggalkan. Belajarlah dari mereka😅

Related posts:

Every day in the Digital Media world, we are compressing images whether its by putting them on a website, app or any digital platform. Images can vary in file size and honestly, the smaller files…

If you suffer the loss of inspiration, lack of fresh ideas, inner emptiness, or mental stupor — congratulations, you have an artistic block. ‘Why did this happen to me?’, you ask. There may be…

Kindness is a key facet of human existence. It makes us the best version of ourselves. And in time, it becomes contagious, forming a unified community in the long run. Marielle Heller’s latest film…